Senin, 31 Maret 2014

Contoh Kasus Pelanggaran Etika Pemasaran dan Produksi yang ada di Indonesia dan di Luar Negeri

KASUS PEMASARAN
Kasus pemasaran yang pertama 
VHRmedia, Jakarta - Belum ada produsen susu formula di Indonesia yang menerapkan aturan pemasaran susu pengganti air susu ibu (ASI) sesuai Kode.

Hal itu dikatakan Chairwoman Indonesia Breastfeeding Center, Utami Roesli. Menurut dia, Kode adalah aturan internasional yang melarang produsen susu formula mempromosikan produk pengganti ASI secara langsung kepada masyarakat. Misalnya promosi melalui tenaga medis, telepon langsung kepada konsumen, atau memberikan sampel susu formula dalam acara-acara seminar.

“Sejauh pandangan saya, belum ada produsen susu formula yang menerapkan Kode di Indonesia,” kata Utami  Roesli, seusai diskusi mengkritisi teknik pemasaran susu formula untuk bayi, di Jakarta, Rabu (9/6).

Agus Pambagyo dari Koalisi Advokasi ASI mengatakan, jumlah pelanggaran kode etik pemasaran susu formula paling banyak terjadi di Indonesia. “Ini yang harus ditindak, jika kita ingin memiliki generasi penerus yang lebih cerdas, sehat, dan berakhlak baik.”

Menurut David Clark, Nutrition Specialist Legal Unicef, Kode dibutuhkan untuk meningkatkan konsumsi ASI pada bayi. Konsumsi ASI yang tidak optimal terutama pada usia 0-6 bulan bisa mengakibatkan kematian bayi.

David mengatakan, kekurangan ASI meningkatkan risiko bayi terkena diabetes, infeksi telinga, IQ rendah, atau  serangan kanker payudara bagi ibu.
.
Diposkan oleh YudhaLimiyana di 00.15

Komentar dan Saran
 Dari kasus di atas ,seharusnya dari pihak produsen dari susu formula tidak membuat pengganti dari ASI karena menurut David Clark, Nutrition Specialist Legal Unicef konsumsi ASI pada usia 0-6 bulan dapat menyebabkan kematian bayi ,diabetes ,infeksi telinga ,IQ rendah dan akibat lainnya. Oleh karena itu ,sebaiknya produsen membuat produk yang tidak menggantikan ASI tetapi membuat susu formula untuk bayi yang berusia 6bulan keatas. Setelah itu memasarkan dengan baik dan menjelaskan bahwa susu tersebut adalah susu formula untuk pertumbuhan bayi6 bulan keatas. Sehingga tidak ada lagi kesalahan yang dilakukan oleh produsen.
  
Kasus pemasaran yang kedua
Bongkar muat raw sugar di pelabuhan.
DPR Memergoki Penyimpangan Pemasaran Gula Impor

Liputan6.com, Jakarta: Sejumlah anggota Komisi III DPR dan petani tebu melakukan inspeksi mendadak ke Pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta Utara, Senin (3/12). Mereka menemukan sebuah kapal tengah membongkar 20 ribu ton raw sugar atau gula pasir mentah di tempat itu. Lantaran langsung dikemas di karung setelah diturunkan, anggota Dewan mengkhawatirkan kalau gula tersebut langsung dipasarkan ke masyarakat. Sebab, hal itu akan menjatuhkan harga gula lokal. Kekhawatiran itu
disampaikan Wakil Ketua Komisi III DPR Imam Churmen, yang turut dalam rombongan itu.
Imam menjelaskan, sidak ini dilakukan setelah mereka mendapat laporan dari masyarakat setempat yang mencium penyimpangan pemasaran gula impor. Benar saja, Tim Komisi III DPR memergoki sebuah kapal yang sedang menurunkan gula pasir mentah. Gula itu langsung dikemas dalam karung berukuran 50 kilogram yang layak dikonsumsi. Padahal, gula itu tampak kotor, berwarna kecoklatan, dan tak layak untuk dikonsumsi.
Selain tak layak dikonsumsi, menurut Imam, para petani juga khawatir pemasaran gula itu dapat menyebabkan harga gula lokal jatuh. Hal itu patut dikhawatirkan, mengingat harga jual gula impor sejauh ini hanya Rp 1.800 per kilogram. Sedangkan harga gula lokal di atas Rp 3.000 per kilogram. Untuk menyelesaikan masalah ini, Imam mengatakan, DPR akan meminta keterangan pejabat PT Gunung Mas sebagai pengimpor. Hal itu dilakukan mengingat pemerintah telah mengenakan bea masuk lebih tinggi sebesar 20 persen terhadap gula impor yang dijual langsung ke masyarakat. Sedangkan bea masuk gula impor untuk industri hanya sebesar 20 persen.(MTA/Christiyanto dan Raphael Setyo)


Komentar dan Saran 
Dari kasus diatas dapat dikatakan sangat merugikan banyak konsumen karena, gula itu tampak kotor, berwarna kecoklatan, dan tak layak untuk dikonsumsi.Selain itu, harga juga tetap tidak ada penurunan padahal gula tersebut kualitasnya sudah menurun karena proses pengemasan yang tidak efektif dan higenis. Selain itu, pemasaran yang dilakukan juga tidak efektif karena gula yang tampak tidak layak dijual tersebutpasti hanya akan laku di pedagang eceran. Sebaiknya pemerintah lebih waspada dan meminta keterangan lebih lanjut kepada produsen gula tersebut, dan meminta untuk bertanggung jawab dalam memasarkan gula impor ini. Sehingga nantinya gula yang berkualitas seimbang dengan harga yang telah ditetapkan.

Kasus Pemasaran di Luar Negeri
 
Contoh Pelanggaran Etika Pemasaran dari Produk Smartphone Apple di China

Setelah iPhone 5 menghadapi banyak masalah di Cina, Apple memberi peringatan kepada konsumennya melalui website Apple versi Cina. Perusahaan raksasa itu menegaskan kepada konsumen untuk selalu menggunakan pengisi daya (charger) yang asli. Namun, iPhone 5 yang meledak di Cina kali ini bukan disebabkan karena charger.

            Kepada media Cina, seorang wanita bernama Li mengaku membeli ponsel buatan Apple itu pada September 2012. Dia pernah menjatuhkan iPhone 5 miliknya itu sekali yang menyebabkan penyok kecil di sudut kanan atas layar yang juga menjadi asal meledaknya ponsel tersebut. Li menggunakan iPhone 5 untuk menghubungi salah seorang temannya. Percakapan Li dan temannya itu berlangsung sekitar 40 menit. Li kemudian merasa layar ponselnya menjadi panas. Ia mencoba mengakhiri panggilan, tapi ketika layar disentuh, handphone tidak memberikan respon. Tanpa ia sadari, iPhone 5 miliknya tiba-tiba meledak.

           Li mengatakan kalau dia tidak bisa membuka salah satu matanya setelah ledakan. Ia merasakan serpihan materi perangkat tersebut masuk ke dalam matanya. Dokter yang memeriksanya melihat ada tanda pada mata Li akibat goresan materi benda padat. Beruntung Li tidak mengalami kebutaan. Salah satu matanya itu hanya iritasi dan inflamasi, seperti dilansir situs, Phone Arena , Minggu, 11 Agustus 2013.   
  
Atas kejadian yang menimpanya itu, Li tidak mengharapkan kompensasi apa pun dari Apple. Namun, ia mempertanyakan kualitas iPhone dan membandingkan dengan ponsel teman-temannya yang jauh lebih murah dengan masalah layar yang sama, tapi tidak pernah meledak.
Sementara itu, bagian layanan Apple di Cina berjanji akan menyelidiki kasus yang menimpa Li, seperti yang diungkapkan kepada Da Lian Evening News. Akan tetapi, masalah ledakan umumnya tidak tertera dalam garansi perangkat Apple.
 

Komentar dan saran
Dari situasi diatas Pihak Apple justru tidak terlalu cepat dalam melakukan klarifikasi. Sehingga kasus ini dianggap bahwa pihak apple tidak terlalu mensupport konsumen mereka sendiri. Seharusnya pihak apple melakukan ganti rugi  dan memberikan kompensasai kepada konsumen mereka. Agar image dari produk apple tetap terjaga di mata konsumen. Apalagi apple sering dianggap menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi. Dan fans-fans dari apple sendiri terkenal sebagai salah satu konsumen yang paling loyal. Selain itu, pemasarannya juga harus ditingkatkan termasuk dalam hal pengenalan produk apple it sendiri sehingga, konsumen dapat menilai bahwa apple adalah produk smartphone yang sangat canggih dan menarik untuk kelas smartphone.

KASUS PRODUKSI
Kasus Produksi yang Pertama
Contoh Pelanggaran dan Etika Produksi dari PT Nissan Motor Indonesia

Akibat pengelasan yang tidak baik, tempat duduk belakang Nissan Juke rentan terlepas saat terjadi kecelakaan. Kondisi ini akan membuat penumpang rentan cedera. Alhasil, sebanyak 400 unit Juke di Indonesia ditarik (recall) dari peredaran. Kondisi ini tentu saja mem­buat masyarakat berpikir ulang untuk membeli mobil tersebut. Apalagi, Nissan Juke pernah me­­ngalami mesin terbakar yang me­nyebabkan kematian sang penge­mudi pada 11 Maret lalu di ka­was­an Su­dir­man, Jakarta.
Wakil Presiden Direktur PT Nissan Motor Indonesia (NMI) Teddy Irawan meminta ma­sya­rakat tidak perlu khawatir terkait penarikan mobil ini. Penarikan tersebut merupakan komitmen Nissan untuk memberikan pela­yanan yang terbaik kepada pe­langgannya dari segi keamanan maupun  kenyaman.“Kami akan memperbaiki se­mua masalah ini tanpa dipungut biaya sedikit pun dan penarikan mobil ini adalah hal yang wajar dalam industri mobil,” ujar Teddy saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.
Teddy menjelaskan, populasi terbanyak kendaraan Juke (60 persen) yang terkena recall  ber­ada di wi­layah Jakarta. “Po­pulasi terba­nyak ada di Ja­karta. Karena pen­jualan Juke paling banyak di Ja­karta dan sekitarnya,” katanya.Teddy menambahkan, Juke yang ditarik merupakan hasil rakitan pabrik di In­do­nesia. Namun, untuk komponen jok bagian belakangnya diimpor lang­sung dari Jepang.
           “ Produksinya lokal, tapi kom­ponen jok belakang diimpor lang­sung dari Jepang. Sejauh ini be­lum ada penambahan unit, jum­lahnya tetap 400 unit. Sebab, dari Maret hingga Juli 2012 total pro­duksinya hanya 400 unit,” ung­kap Teddy.Nissan tetap optimistis target penjualan tahun ini sebanyak 100.000 lebih unit bisa tercapai. “Kami berharap dengan adanya recall ini hu­bu­ngan perusahaan dengan kon­su­men masih dapat terjaga dan ber­jalan baik. Kami optimis bahwa recall ini tidak akan mempengaruhi minat pasar terha­dap produk Nissan,” ka­tanya pede.
        General Manager Marketing and Communications Strategy Division Nissan Indrie Hadi­wi­djaja mengatakan, penarikan ini sudah dilakukan ke semua pe­langgan Nissan. Dan bagi yang be­lum, pelanggan diminta men­datangi workshop-work­shop Nissan terdekat untuk segera diperbaiki.
“Perbaikan akan dilakukan se­cara bertahap di semua work­shop-workshop Nissan tanpa di­pungut biaya dan penarikan ini tidak akan meng­ganggu pasar Juke di Indonesia,” tegas Indrie.Nissan Juke merupakan salah satu mobil sport yang cukup laris di Indonesia. Pada semester per­tama tahun ini, Nissan telah menjual sebanyak 5.401 unit Juke. Mobil bermesin HR15DE 1.500 cc itu menyumbang 15,6 persen dari pendapatan Nissan Motor Indonesia. Penarikan Nissan Juke terkait dengan temuan kerusakan oleh Otoritas Keselamatan Lalu Lintas dan Transportasi Amerika Serikat (NHTSA). Di Amerika Serikat sebanyak 11.076 unit Nissan Juke buatan 3 Februari - 26 Mei 2012 ditarik lantaran jok belakangnya tidak dilas dengan baik.
Selain jok belakang yang ber­masalah, sebelumnya pun mobil dengan desain unik ini per­nah bermasalah saat terjadinya ke­celakaan hingga terbakar di jalan protokol di Jakarta, yang di­gu­na­kan oleh seorang artis. Pada ke­ce­lakaan tersebut disinyalir Juke yang digunakan mengalami keru­sakan pada bagian pintu dan mesinnya.
Sepanjang tahun ini selain Nis­san, beberapa Agen Tunggal Pe­megang Merek (ATPM) lain­nya juga melakukan recall ter­hadap kendaraannya. Sebut saja, PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang pada Mei lalu, me­narik 51 ribu Gran Max Pick Up, Gran Max Mini Bus, dan Gran Max Blind Van dika­renakan ada­nya keretakan dudukan ban ca­dangan. Sedangkan pada pertengahan Maret 2012, PT Toyota Astra Motor menarik 363 unit Toyota All New Avanza akibat kerusakan pa­da suspensi rodanya.
 
 Sumber  :  http://otomotif.rmol.co/read/2012/07/23/71950/400-Unit-Nissan-Juke-Ditarik-Di- Indonesia-

Komentar dan Saran 
Seharusnya PT NIssan harus memperhatikan dalam pembuatan unit-unit mobil yang dibuat oleh para pekerjanya. Sehingga mengetahui seberapa bagus unit yang telah dibuat dan layak untuk dipasangkan pada mobil yang akan diproduksi dan dipasarkan ke masyarakat luas. PT Nissan harus memperketat proses pengujian dan proses re-evaluasi ulang, serta memperbaiki standart kualitas produksi mobil dengan sistem keamanan mobil yang lebih baik. Agar dapat meningkatkan kualitas dari produk akhir tersebut dan meminimalisir kemungkinan terjadinya cacat produk. Sehingga perusahaan juga dapat menjalin rasa kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk yang dihasilkan oleh PT Nissan.

Kasus yang kedua
Pelanggaran Etika Produksi yang dilakukan oleh Produk HIT di Indonesia
 
Produk HIT dianggap merupakan anti nyamuk yang efektif dan murah untuk menjauhkan nyamuk dari kita… Tetapi, ternyata murahnya harga tersebut juga membawa dampak negatif bagi konsumen HIT.
          Telah ditemukan zat kimia berbahaya di dalam kandungan kimia HIT yang dapat membahayakan kesehatan konsumennya, yaitu Propoxur dan Diklorvos. 2 zat ini berakibat buruk bagi manusia, antara lain keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.
            Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Departemen Pertanian juga telah mengeluarkan larangan penggunaan Diklorvos untuk pestisida dalam rumah tangga sejak awal 2004 (sumber : Republika Online). Hal itu membuat kita dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak sungguh-sungguh berusaha melindungi masyarakat umum sebagai konsumen. Produsen masih dapat menciptakan produk baru yang berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi pemerintah.
PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zat berbahaya di dalam produk mereka. Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan alasan mengurangi biaya produksi HIT. Selain itu, PT Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka, dimana seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida, harus dibiarkan selama setengah jam sebelum boleh dimasuki lagi.
PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT tersebut tidak memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut. Seharusnya, produk HIT tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka tetap menjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.

 Komentar dan Saran
 
PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan dengan memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk pada konsumen yang menggunakan produk mereka. Meskipun perusahaan sudah melakukan permintaan maaf dan berjanji menarik produknya, namun permintaan maaf itu hanyalah sebuah klise dan penarikan produk tersebut seperti tidak di lakukan secara sungguh –sungguh karena produk tersebut masih ada dipasaran. Disini perusahaan seharusnya lebih mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan produknya karena dengan meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas konsumen terhadap produk itu sendiri.

Kasus Produksi di Luar Negeri
 
Kasus Pada Produk Johnson & Johnson
Johnson & Johnson adalah perusahaan manufacture yang bergerak dalam pembuatan dan pemasaran obat-obatan dan alat kesehatan lainnya di banyak negara di dunia.

Tylenol adalah obat rasa nyeri yang di produksi oleh McNeil Consumer Product Company yang kemudian menjadi bagian anak perusahaan Johnson & Johnson. Tingkat penjualan Tylenol sangat mengagumkan dengan pangsa pasar 35% di pasar obat analgetika peredam nyeri, atau setara dengan 7% dari total penjualan grup Johnson & Johnson dan kira-kira 15 hingga 20% dari laba perusahaan itu.
  
Pada hari kamis tgl 30 September 1982, laporan mulai diterima oleh kantor pusat Johnson & Johnson bahwa adanya korban meninggal dunia di Chicago setelah meminum kapsul obat Extra Strength Tylenol. Kasus kematian ini menjadi awal penyebab rangkaian crisis management yang telah dilakukan oleh Johnson & Johnson. Pada kasus itu, tujuh orang dinyatakan mati secara misterius setelah mengonsumsi Tylenol di Chicago. Setelah diselidiki, ternyata Tylenol itu mengandung racun sianida. Meski penyelidikan masih dilakukan guna mengetahui pihak yang bertanggung jawab, J&J segera menarik 31 juta botol Tylenol di pasaran dan mengumumkan agar konsumen berhenti mengonsumsi produk itu hingga pengumuman lebih lanjut. J&J bekerja sama dengan polisi, FBI, dan FDA (BPOM-nya Amerika Serikat) menyelidiki kasus itu. Hasilnya membuktikan, keracunan itu disebabkan oleh pihak lain yang memasukkan sianida ke botol-botol Tylenol. Biaya yang dikeluarkan J&J dalam kasus itu lebih dari 100 juta dollar AS. Namun, karena kesigapan dan tanggung jawab yang mereka tunjukkan, perusahaan itu berhasil membangun reputasi bagus yang masih dipercaya hingga kini. Begitu kasus itu diselesaikan, Tylenol dilempar kembali ke pasaran dengan penutup lebih aman dan produk itu segera kembali menjadi pemimpin pasar.

Sumber :https://docs.google.com/document/d/1dphvBVZNOXhN38lWWiRQT7nRrD1Ii9tk0qy86zrpyM/edit?hl=in  
http://www.scribd.com/doc/96815438/Etika-Bisnis-Case-Study

Komentar dan Saran
Kasus ini merupakan contoh kasus dimana perusahaan telah melanggar kode etis dengan tidak memperhatikan keselamatan dari konsumen. Pada kasus ini dari pihak Johnson & Johnson dengan cepat menyelesaikan masalah ini. Pihak Johnson melakukan upaya dengan cara memberitakan semua proses produksi dan quality controlnya ke publik, tidak hanya pada penyidik. Dan tentunya data QA procedures tersebut menjadi makanan empuk bagi industrial intelligence para pesaing. Dalam dua tau tiga hari saja, semua inventaris Tylenol ditarik dari semua rak supermarkets dan drugstores secara nasional, dan semua produksi Tylenol berhenti. Esensinya, adalah bahwa J&J tidak akan pernah lari dari tanggung-jawab pada publik, dan secara proaktif memperbaiki perilakunya sendiri, meski indikasinya kemudian mulai mengarah ke tindakan usil, dan bukan kebocoran kualitas di pabrik-pabrik Tylenol.
nanangsuryadi.lecture.ub.ac.id 

 


 


1 komentar:

  1. 1xbet korean casino 2021 - Legalbet
    1xbet korean casino 2021 - Claim a 제왕 카지노 welcome bonus 1xbet with us! Enjoy the casino games and slots online like never before with 1xbet 인카지노 korean casino.

    BalasHapus